Ambruk Akibat Double Combo (Demam Berdarah + Tifoid)

Sepeninggal Mbah, acara pengajian digelar 7 malam berturut-turut di rumahku. Mbahku sosok yang sangat well-loved dan well-respected di keluarga dan lingkungan kami, sehingga berbagai jenis bahan makanan, sumbangan uang, dan cenderamata subhanallah walhamdulillah tiada henti mengalir. Kami membungkusnya penuh suka cita dan membagi-bagikan ke tetangga.

Paginya, tentu saja pekerjaanku menumpuk. Juga sisa makanan, yang seringkali membuatku tak harus memasak. Apalah, aku santap saja. Sayang.

Pengajian berlanjut setiap malam Jumat, terus hingga 40 harinya kelak. Banyak sekali yang ingin mendoakan Mbah.

Ali senang banyak teman, sepupunya kecil-kecil. Sore ia pasti main, lari-larian, becanda ketawa-ketiwi. Makannya banyak, karena memang banyak makanan, comot-comot. Jam 8 malam, ia sudah ngantuk. Tidur dengan mudahnya.

Dulu ia biasa tidur jam segitu sampe pagi. Tapi ternyata sekarang dia sudah gede. Tidur jam 8, jam stgh 2 pagi bangun. Laper, minta makan. Minta gendong keluar. Atuh gelap nak. Akhirnya baca buku di ruang tamu sambil nonton Chef Gordon. Main masak-masakan. Main balok. Main mobil-mobilan. Lalu nyuruh aku berdiri ajak lompat-lompat dan main bola. Gitu aja terus.

Duh, badan rentek rasanya.

Ali baru tidur jam 5. Sedangkan jam segitulah aktivitasku dimulai.

Mulai pagi itu, Selasa (21/3) pasca begadang dengan Ali, aku meriang. Demam tinggi 38,7 dan nggak turun2. Semua otot dan persendian sakit, ngilu, mual luar biasa. Air putih aja nggak sanggup, aneh rasanya. Teh manis juga jd aneh. Makan cuma sanggup dua sendok, enegnya 2 jam. Kupantau suhuku di kisaran 38-39++ mungkin sampai 40 ketika itu aku udah gak sanggup ngukur, karena kalau panas tinggi banget aku udah nggak bisa buka mata, ngigo-ngigo mimpi buruk.

Rabu, aku gak ngerasa membaik. Mungkin, bisa jadi, ini adalah siklus tipes dua tahunanku, tapi aku paham betul, tipes nggak sesakit ini. Tipes biasanya lemes aja sama sakit perut, demam tinggi malam aja. Ini engga. Ditambah kuping dan hidungku yg sakit kalau demam tinggi.

Kamis malam aku menyerah. Sudah sedikit sekali yg bisa masuk ke tubuhku dan aku sgt lemas. Aku dibawa ke IGD, cek darah. Diagnosis dokter, dengue fever, tapi trombosit masih >140.000. Yang langsung ketauan melalui tes widal adalah bakteri tipesnya.

Dokter fokus mengobati tipesku yang setelah cek darah, urin, dll, memang terbukti positif tipes tipe 6. Panasku tetap tinggi. Masih 38-39. Tidak pernah kurang.

Sampai Sabtu pukul 3 dini hari, aku terbangun karena untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, aku merasa tidak demam. Aku mengukur suhu dengan termometer yang kubawa sendiri dari rumah. 34,5 derajat celcius. What??! Masa iya anjlok banget. Memang sih aku merasa dingin dan lemas walau demamku turun. Aku turun dr tempat tidur, duduk di kursi penunggu pasien (kalau malam aku memang sendirian, karena orang rumah bergantian begadang gendong Ali). Aku bersiap ke kamar mandi, mau pipis dan ganti pembalut (yapp... Udah mah lemes dirawat, pas kena haid banyak, makin lemes). Tiba-tiba... Darah menetes dari hidungku. Aku mimisan. Aku membersihkan kotoran hidungku yang mengering, dan semuanya berwarna merah tua. Berarti  darah yang sudah kering pun cukup banyak.

Aku langsung pencet bel dan laporan sama suster. Bahwa aku tidak pernah mimisan seperti ini, dan aku perlu tau apakah ada kaitannya dengan penyakit lain (bukan tipes).

Jam 5 darahku diambil untuk cek lab, jam stgh 7 dokter visit dan bilang, trmbositku 49.000. Aku positif tipes 6, tapi sekarang demam berdarahnya yang lebih kuat. Dokter memperlihatkan pola bercak merah yang jelas di telapak tanganku. Di situ doang, lain2nya gak kentara karena kulitku mah kan sawo matang :D

Udah langsung diganti tuh infusannya. Aku jg minum banyak sari kurma. Sambil ttp dikasih antibiotik utk tipesnya tiap sore. Aku msh lemes, tapi feel better.

Besok paginya, cek darah lagi. Trombosit 41.000. Gak ada demam lagi cuma tekanan darah msh mandek di 80/60 jd msh keliyengan. Kata dokter, minimal trmbosit 100.000 deh br saya pertimbangkan utk km pulang.

Selasa pagi cek darah lagi, alhamdulillah kali ini mah trombositnya 110.000 yeaaayy... Dokter bilang, hari ini observasi dulu ya. Kalau smua bagus, besok pagi km boleh pulang. Tapi di rumah msh hrs banyak istrht, aktvts yang ringan2 aja... Rumah dijaga kebersihannya, upayakan jangan ada tempat bertelur n tempat ngumpet nyamuk. Makan pun jangan sembarangan, karena ini bakat tipesnya kamu langsung nongol begitu daya tahan tubuh melemah.

Iyah bener euy.

Alhamdulillah, urusan administrasi di Rabu pagi lancar, cepat, sehingga aku bisa segera pulang menyambut pelukan Ali.... Yang... Membuat... Oleng... Hahahaa. Aku belum kuat menggendongnya. Jalan pun rasanya masih engga napak. Kadang kalau keliyengan berlanjut dengan sedikit mimisan.

Intinya mah, masih butuh banyak istirahat lah. Cukup sekali ini aja kena yang namanya demam berdarah. Cukstaw cukstaw cukstaw. Pergi jauh2 ko virus n nyamuk!

Komentar

Baca juga...

Menyusui Pasca Operasi Payudara

Pesona Danau Tiga Warna

INDONESIA: Places I Should See Before I Die (Part 1)

Tidak Jadi Apa-Apa

Big Bang was here...!